Media massa sedang gencarnya memberitakan tentang dua tokoh yang siap “bertarung” pada pilpres 2014 ini. Perbandingan dan “perang” opini itu sah-sah saja asalkan relevan dengan kenyataan dan menggunakan etika yang baik seperti ditulisan saya sebelumnya. Perbandingan dengan menyebut kekurangan dan kelebihan sebenarnya sangat sulit untuk dibandingkan karena kekurangan bisa menjadi kelemahan namun disisi lain dengan opini yang berbeda justru kelemahan itu dapat menjadi kelebihan begitu juga sebaliknya. Perang opini yang berkembang inilah yang sangat sulit untuk dinilai karena tergantung dari sudut pandang yang melihatnya.
Sosok seorang Bung Bowo digambarkan sebagai tokoh yang tegas, kaya raya, mandiri dan berkomitmen. Apabila dilihat dari sudut pandang penegakan hukum, kemandirian bangsa maka sosok Bung Bowo inilah orangnya. Sebaliknya sosok Pak Joko digambarkan sebagai tokoh yang sederhana, kalem, hemat bicara dan instruksional. Pada masa seperti sekarang ini banyak sekali rakyat yang ingin dipimpin oleh kaum yang mewakilinya, dalam sudut pandang inilah Pak Joko sosoknya.
Misalnya kita ambil contoh, ketegasan. Ketegasan yang dicitrakan oleh Bung Bowo yaitu dengan berunding kemudian to the point mengambil keputusan terhadap masalah, suara lantang dan sikap tak kenal takut. Sedangkan ketegasan Pak Joko dicitrakan dengan dialog kalem kemudian secara tiba-tiba mengambil keputusan disaat yang tepat. Perbedaan keduanya adalah sikap keterbukaan dan sikap rahasianya. Perencanaan terbuka dan perencanaan tertutup. Masing-masing dapat dinilai sebagai keuntungan dan kekurangan tergantung sudut pandang yang ingin diambil.
Misalnya kita ambil contoh, ketegasan. Ketegasan yang dicitrakan oleh Bung Bowo yaitu dengan berunding kemudian to the point mengambil keputusan terhadap masalah, suara lantang dan sikap tak kenal takut. Sedangkan ketegasan Pak Joko dicitrakan dengan dialog kalem kemudian secara tiba-tiba mengambil keputusan disaat yang tepat. Perbedaan keduanya adalah sikap keterbukaan dan sikap rahasianya. Perencanaan terbuka dan perencanaan tertutup. Masing-masing dapat dinilai sebagai keuntungan dan kekurangan tergantung sudut pandang yang ingin diambil.
Sikap tegas Bung Bowo yang menggebu-gebu dinilai memiliki emosi positif yang mampu membawa perubahan lebih baik dianggap sebagai keuntungan. Namun, bisa jadi sudut pandang yang lain menganggap sikap tegas dengan menggebu-gebu cenderung emosi ini akan berbahaya dalam bernegosiasi. Begitu pula Pak Joko, dengan sikap kalem ini dinilai dapat mengambil hati dalam bernegosiasi. Itu menjadi kelebihannya. Namun, bisa juga diartikan sikap kalem ini sebagai sikap yang lambat dan dapat dipengaruhi dengan berbagai kepentingan sehingga dapat pula diartikan sebagai kekurangannya.
Tentang isu yang biasa dihembuskan tentang masa lalu keduanya juga menjadi isu yang sangat sensitif untuk diangkat. Pada satu sisi, Bung Bowo mantan Danjen Kopassus terbaik pada masanya yang sering dikaitkan isu pelanggaran HAM 16 tahun yang lalu diangkat sebagai isu negatif. Meskipun pada saat Bung Bowo maju pada pilpres 2009 mendampingi Ibu Mega isu ini hilang begitu saja. Namun anehnya sekarang ini isu itu kembali mengemuka. Tidak aneh jika isu ini ada yang mengangkat kembali. Keuntungannya adalah isu ini begitu mudah dipatahkan karena telah selesei, pasukan telah dihukum dan Bung Bowo telah diberhentikan meskipun beliau mengaku hanya dijadikan kambing hitam. Sifat ksatria demi kepentingan orang banyak inilah yang dinilai positif. Kekurangannya isu ini membuat citra Bung Bowo terkesan kejam.
Isu tentang Pak Joko lebih beragam lagi mulai dari Walikota Solo, Gubernur singkat Jakarta, hingga isu agama. Sifat sederhana dalam bicara inilah yang menjadikan isu ini merebak luas dan seakan-akan menjadi kekurangan bagi Pak Joko. Padahal semakin dicecar dengan sedikit bicara maka seakan-akan Pak Joko ini menjadi kaum sederhana yang terdzolimi. Ini kekurangan yang menjadi kelebihan karena rasa simpati. Kaum lemah harus dilindungi maka banyak sekali pendukungnya kemudian yang membela mati-matian. Justru Pak Joko tenang-tenang saja karena ini menjadi kelebihannya. Ketika salah satu rakyat diinjak maka rakyat lain akan menggigit. Hanya butuh blow up media maka kesan inipun tercapai.
Perang sudut pandang yang diinginkan inilah yang menjadi instrument. Jika instrument ini bisa dijalankan dengan benar oleh si pemakai maka kelebihanlah yang muncul. Apabila instrument ini salah digunakan bisa jadi kekurangan yang muncul. “Senjata” yang tepat harus digunakan secara tepat oleh orang yang tepat.
Sekarang saatnya adu strategi diantara keduanya dan praktek inilah yang sering kita lihat di media massa. Kelebihan mana yang lebih sering ditonjolkan ke publik, dan mana yang harus ditutup rapat-rapat hingga saat yang tepat. Amunisi dan kelengkapannya dibutuhkan di hari-hari menjelang pilpres. Ahli strategi dibelakang tokoh-tokoh inilah sebenarnya yang memegang peranan penting. Ditambah tokoh yang kompeten mengendalikan diri dan mumpuni dalam visi yang mampu memenangkan pertandingan. Ibarat sepak bola, formasi, strategi, kekompakan, akurasi dan stamina maksimal yang lebih unggul yang menjuarai laga ini. Anda dapat menilai dengan sudut pandang anda sendiri. Analisa dengan cermat dan pilih pilihan anda dengan hati.
0 comments:
Post a Comment