Akhirnya Jumat, 9 Mei 2014 pukul 23.50 WIB Ketua KPU Husni Kamil Manik resmi menetapkan hasil pemilihan legislatif 2014 di Gedung KPU. Anda dapat melihatnya langsung disini. Secara nasional ada 10 partai yang lolos ambang batas parlemen dan 2 partai yang yang tidak lolos yaitu PBB (Partai Bulan Bintang) dan PKPI (Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia). Berikut ini hasil resmi perolehan suara partai politik yang diumumkan oleh Komisi Pemilihan Umum :
1. Nasdem = 8.402.812 = 6,72%
2. PKB = 11.298.957 = 9,04%
3. PKS = 8.480.204 = 6,79%
4. PDIP = 23.681.471 = 18,95%
5. Golkar = 18.432.312 = 14,75%
6. Gerindra = 14.760.371 = 11,81%
7. Demokrat = 12.728.913 = 10,19%
8. PAN = 9.481.621 = 7,57 %
9. PPP = 8.157.488 = 6,53 %
10. Hanura = 6.579.498 = 5,26%
11. PBB = 1.825.750 = 1,46%
12. PKPI = 1.143.094 = 0,91 %
Suara sah 124.972.4910
Jauh-jauh hari sebelum hasil real count ini diumumkan telah banyak lembaga survey yang merilis hasil quick count pileg 2014. Hasilnya tidak jauh berbeda dengan hasil resmi yang diumumkan oleh KPU Jumat malam lalu. Hasil perolehan suara ini menjadi acuan pengajuan bakal capres-cawapres oleh partai politik atau gabungan partai politik. Ada 2 syarat pengajuan bakal capres-cawapres oleh partai politik atau gabungan partai politik yaitu
1. Syarat minimal perolehan kursi sebanyak 20% dari jumlah kursi di DPR pada pemilu anggota DPR 2014 yaitu sebanyak 112 kursi (jumlah kursi di DPR sebanyak 560 kursi).
2. Syarat minimal perolehan suara 25% dari jumlah suara sah nasional dalam pemilu anggota DPR 2014 yaitu sebanyak 31.243.123 suara (jumlah suara sah 124.972.4910 suara).
Dari hasil pemilu legislatif 2014, tidak satupun partai politik yang dapat mengajukan bakal capres-cawapres sendiri karena tidak ada partai politik yang meraih suara minimal 25%. Artinya partai politik wajib bergabung/bekerjasama/berkoalisi agar dapat memenuhi kedua persyaratan diatas.
Sebelum pemilu legislatif digelar, banyak tokoh atas nama organisasi/perkumpulan maupun atas nama partai yang digadang-gadang menjadi bakal calon presiden. Kita lihat ada Rhoma Irama, Win-HT, Dahlah Iskan, Mahfud MD, JK, Aburizal Bakrie, Gita Wirjawan, Anies Baswedan, Prabowo bahkan Jokowi. Nama-nama ini memberikan kita harapan baru akan perubahan. Mulai dari pengusaha, politikus, hingga professional mau merubah wajah Indonesia lebih baik. Menjelang pemilu legislatif nama-nama tersebut berkelompok berkolaborasi dengan partai politik yang mendukungnya. Ada Rhoma Irama, Mahfud MD, Jusuf Kalla yang didukung oleh PKB. Ada Jokowi yang diberi mandat oleh Ketua Umumnya. Ada Aburizal Bakrie yang didukung oleh Partai Golkar. Ada Prabowo yang didukung oleh partai yang didirikannya. Ada partai yang merangkul tokoh-tokoh bangsa untuk ikut dalam kovensinya (Partai Demokrat) diantaranya Dahlan Iskan, Gita Wirjawan, Anies Baswedan, Dino patijalal, Marzukie Ali, Pramono Edhi Wibowo dan 5 peserta lainnya. Ada pula partai yang relatif baru berani mengajukan bakal capres-cawapresnya sendiri Wiranto-Hari tanoe oleh Hanura.
Meskipun setelah keluarnya hasil pemilu legislatif versi quick count sejumlah nama tersebut tersaring dipastikan tidak dapat diajukan menjadi capres-cawapres karena partainya memperoleh suara yang kecil. Meskipun semua partai tidak dapat mengajukan nama bakal capresnya secara mandiri namun dipastikan 4 besar pemenang pemilu legislatif berpeluang besar mengajukan bakal capres-cawapresnya sendiri dengan dukungan dari partai politik lain. Ada PDIP yang pasti mengusung Jokowi, ada Gerindra yang pasti mengajukan Prabowo Subianto, ada Golkar yang mengusung ARB meskipun kalah pamor dari kedua kandidat yang lain, dan ada Partai Demokrat yang mengusung capresnya dari pemenang konvensi.
Dari keempat kandidat tersebut, mesin partai dan para tokohnya bekerja untuk menjalin kemitraan dengan partai politik lain. Diantaranya bahkan ada yang telah mendeklarasikan dukungannya kepada para bakal capres tersebut. Ada yang menyebutnya kerjasama politik karena koalisi dianggap sebagai bagi-bagi kekuasaan ada yang menganggapnya koalisi karena memang harus ada timbal balik bagi partai pendukung. Apapun itu kita sebut saja kemitraan partai politik agar netral. Berikut sedikit gambaran kemitraan politik yang telah diumumkan oleh beberapa parpol.
Kerjasama Jokowi = PDIP (18,95%) + Nasdem (6,72%) + PKB (9,04%) = 34,71%
Kerjasama yang diunggulkan oleh Jokowi karena tidak ingin bagi-bagi kekuasaan dan ingin kerjasama yang ramping. Saat ini didukung oleh Nasdem dan PKB yang menawarkan sejumlah nama Cawapres untuk pertimbangan Jokowi. Meskipun tidak menutup kemungkinan ada parpol lain yang ingin bergabung. Angka 34,71% perolehan suara yang cukup untuk mengajukan Capres dan Cawapres.
Koalisi Prabowo = Gerindra (11,81%) + PAN (7,57%) + PPP (6,53%) = 25,91%
Koalisi yang ingin dibangun oleh Prabowo adalah koalisi yang gemuk agar kuat di dalam pemerintahan jika memimpin. Hingga saat ini masih PAN dan PPP yang mendeklarasikan dukungannya dan tidak menutup kemungkinan ada partai lain yang akan bergabung didalamnya.
ARB (Aburizal Bakrie) = P.Golkar (14,75%) = 14,75%
Lobi-lobi politik yang dilakukan oleh golkar nampaknya belum membawa pada mitra koalisi yang ingin bergabung. Malah santer diberitakan bahwa lobi politiknya tidak lagi menjadi nomer satu namun menjadi nomer 2 bagi pasangan calon diatas. Angka 14,75% belum dapat membawa ARB untuk bertarung dalam bursa pertarungan RI 1. Waktu pendaftaran yang semakin dekat akan membawa Golkar realistis untuk ikut andil dalam pertarungan Capres-cawapres.
Konvensi Demokrat = Parta Demokrat (10,19%) = 10, 19%
Muncul sebagai poros baru akan membawa alternatif calon pemimpin dalam pertarungan Capres dan cawapres. Sangat ditunggu hasil dari konvensi partai ini karena masih ada beberapa parpol lain yang belum mengumumkan dukungannya kepada salah satu kandidat capres yang ada. Tentunya pengumuman ini sangat realistis dan relevan jika diumumkan segera melihat angka perolehan partai Demokrat yang masih memerlukan mitra koalisi untuk menyokong pemenang konvensi dalam bursa pertarungan Capres-cawapres.
Pendaftaran bakal capres-cawapres RI bakal digelar dari tanggal 18-20 Mei 2014. Ada beberapa parpol yang belum menyatakan dukungannya sehingga dengan dinamika politik yang begitu cepat maka perubahan peta dukungan masih akan terus berubah. Gambaran angka perolehan dalam pemilu legislatif 2014 tidak mutlak menjadikan rakyat memilih parta dengan angka paling banyak. Namun, gagasan dan ide membangun Indonesia diharapkan dapat membuka hati masyarakat dalam menentukan pilihannya. Berani berjanji dan memberi bukti tanpa upeti akan membawa Indonesia Sejahtera.
0 comments:
Post a Comment