Empat bulan sudah Presiden Jokowi menjadi nahkoda Negara Republik Indonesia. Masing-masing presiden memang memiliki gaya kepemimpinan yang berbeda-beda. Begitu pula dengan Presiden Jokowi yang memiliki gaya kepemimpinan dan keunikan dalam memimpin. Seperti beberapa tahun silam, sejak Presiden Jokowi tenar atas kesuksesannya memimpin Kota Solo, gaya kepemimpinannya nampak tak berubah. Sejak itu, sorotan media atas Presiden Jokowi benar-benar masif dan positif. Hampir setiap yang dilakukan Presiden Jokowi nampak hebat dan diluar kebiasaan. Presiden Jokowi benar-benar memberikan tontonan yang menarik dalam berbagai pemberitaan di berbagai media. Hingga kini menjadi Presiden, Pak Jokowi masih terus memberikan tontonan yang menarik bagi masyarakat.
Dulu kita sering menyindir Presiden SBY yang dikenal lamban mengambil keputusan. Namun, kini ternyata Presiden Jokowi juga mengalami hal yang sama. Nampaknya, peribahasa jawa "Alon-alon asal klakon" ini malah menjadi pegangan Bapak Presiden. Dulu kami dipertontonkan kerja cepat dalam memutuskan permasalahan. Di berbagai media pun Presiden Jokowi dulu sering mengatakan ingin mengeksekusi secara cepat. Empat bulan ini sepertinya, harapan itu belum menjadi kenyataan. Bahkan dalam hal prerogatif seorang presiden pun, Presiden Jokowi terkesan ragu dan lambat dalam mengambil keputusan. Asas kehati-hatian yang menjadi pertimbangan. Hati-hati itu tak berarti lambat dan ragu, hati-hati itu baik namun terlalu hati-hati akan berdampak tidak baik.
Bangsa ini adalah bangsa yang memiliki potensi yang besar. Apakah tidak mubazir waktu dan tenaga hanya dicurahkan dalam hal yang sebenarnya hak mutlak seorang presiden. Hak prerogatif yang akhirnya terbawa ke ranah publik, namun tak segera disikapi dan bahkan ditunggu hingga semakin meluas dan melebar. Ketika semuanya sudah babak belur, barulah seorang Presiden mengeluarkan keputusan dari hak prerogatifnya tersebut. Jika kita negara Kerajaan, mungkin tak perlu argumentasi yang memuaskan untuk permasalahan yang lari ke ranah publik. Namun, negara kita yang konon merupakan negara demokrasi tentu tak heran jika dalam masa menunggu itu, argumentasi bermunculan, persepsi dilayangkan, opini publik dibentuk dan itu diperbolehkan. Maka jangan heran jika kegaduhan terjadi atas dari hak prerogatif seorang presiden.
Orang yang bijak tentu orang yang mengambil keputusan sebelum permasalahan semakin meluas dan melebar. Bukan orang yang mengulur waktu, mengamati pergolakan, menunggu pencerahan dan memutuskan ketika sudah sama-sama babak belur. Alih-alih menjadi baik keadaan, malah sebaliknya. Seorang bijak tak perlu menunggu mukjizat agar keadaan semakin baik, namun mengatasi permasalahan agar keadaan tak menjadi buruk. Kami masyarakat awam, menilai dari bawah kegaduhan yang terjadi. Analogi yang kami tangkap sederhana. Ketika anak sakit, orang tua tak lekas mengambil keputusan untuk membawa ke dokter. Sang ayah hanya bertanya kepada dukun, dokter, ahli gizi, psikolog terkait penyakit tersebut, bagaimana penyembuhannya, berapa biaya dan bagaimana peluang sembuhnya. Setelah data dikumpulkan sambil mengulur waktu melihat kondisi anak, semoga lebih baik. Alih-alih semakin baik, mendekati sakaratul maut, kemudian sang ayah memutuskan untuk membawanya ke rumah sakit. Pertimbangan yang kian banyak namun keputusan yang kian terlambat.
Kami bosan dengan janji-janji penundaan dengan bahasa-bahasa yang ringan. Sejak menetapkan menteri pun, penundaan dengan kata "minggu depan" sudah sering kami dengar. Kenaikan harga BBM juga sama dilakukan penguluran waktu sampai-sampai hargai sudah naik sebelum BBM naik, kini yang terbaru tentang Kapolri. Jika memang bekerja dengan rakyat dan mengaku dekat dengan rakyat, seharusnya sudah peka terhadap apa yang diinginkan rakyat. Rakyat tak peduli siapa yang menjadi pilihan hak prerogatif presiden. Karena mereka bertanggung jawab kepada presiden. Kami peduli dengan penegakan hukum yang adil, pemberantasan korupsi yang benar, pembangunan yang merata dan pendidikan yang bagus serta semua yang mensejahterakan rakyat.
Ayo pergunakan waktu untuk hal yang produktif. Kerja, kerja, kerja. Matikan tv dan tak perlu ditonton, tonton, tonton. Presiden Jokowi kami rakyat mendukung pemerintahan hingga 5 tahun kedepan. Mari selamatkan Indonesia.
0 comments:
Post a Comment