Jangan Sepelekan Telinga Berdenging, Hati-Hati Idap Penyakit Ini

Pernahkah tiba-tiba telinga Anda berdenging? Tak hanya sekali mungkin bahkan Anda sering mengalaminya. Suara denging dalam telinga biasanya semacam sensari suara yang sebenarnya bukan berasal dari suara di sekitar. Biasanya, denging itu serupa suara ponsel, siulan, teriakan, atau getaran. Dunia medis mengenal denging pada telinga dengan tinitus. Ada yang bersifat sementara, ada juga mendengarnya terus menerus. Ini terjadi karena ada kelainan atau abnormalitas pada sistem saraf. Jika Anda sering mengalaminya, waspadalah karena telinga berdenging bisa menjadi pertanda Anda mengidap penyakit. Jangan anggap sepele telinga berdenging, hati-hati mengidap beberapa penyakit berikut.

Tumor Otak
Tumor otak jinak atau neuroma akustik yang menyerang saraf yang memenuhi pendengaran dan keseimbangan. Penyakit ini berkembang sangat lambat. Neuroma akustik berkembang dengan lambat. Namun bila tidak ditangani, ia akan terus memengaruhi fungsi saraf dan menyebabkan kematian. Sebagai langkah antisipasi, berkonsultasilah dengan dokter THT untuk pemeriksaan mendalam.

Insomnia
Penelitian menunjukkan, semakin parah insomnia yang diderita seseorang, makin berat juga tinitus yang diderita. Memulihkan insomnia menjadi solusi untuk mengurangi suara-suara tersebut.

Cedera kepala atau leher
Seseorang yang terluka di kepala atau leher dapat mendengar suara berdering setelahnya. "Tinitus adalah gejala yang paling sering terjadi karena trauma kepala atau leher," tulis para peneliti dalam jurnal The Laryngoscope.

Multiple sclerosis
Multiple sclerosis adalah kondisi di mana mielin, selubung pelindung serat saraf otak dan sumsum tulang belakang, rusak. Ketiadaan mielin menyulitkan penyampaian pesan dari saraf ke seluruh tubuh. Kondisi ini juga terkadang menyebabkan tinitus.

Vertigo dan meniere
Tinitus adalah gejala umum dari penyakit meniere, bagian telinga dalam yang menyebabkan sejumlah serangan vertigo, tuli sementara, dan tekanan pada telinga. Episode ini bisa datang berjam-jam, bahkan menyebabkan tuli permanen. Biasanya, penyakit meniere hanya diderita sebelah telinga.

Displasia fibromuskular
Displasia fibromuskular (FMD) adalah kondisi vaskuler yang menyebabkan satu atau lebih pembuluh tumbuh tidak normal. FMD membuat pembuluh bisa membesar atau mengecil. Implikasinya adalah tekanan darah menjadi tinggi, gagal ginjal, atau stroke. Jika FMD terjadi pada arteri vertebral atau karotid, biasanya akan dialami telinga berdenging.

Diabetes
Suara denginan di telinga juga terkait dengan peningkatan kadar gula darah pada penyandang diabetes. Segera periksakan kadar gula Anda.

Gangguan pendengaran karena suara bising
Sering terpapar suara yang keras seperti sirene, musik, atau petasan dapat menyebabkan tuli permanen atau tinitus pada sebelah atau kedua telinga. "Kehilangan pendengaran karena suara atau noise-induced hearing loss (NIHL) dapat disebabkan karena trauma akustik satu kali akibat ledakan tiba-tiba, suara tembakan, atau petasan. Bagaimanapun, NIHL dapat semakin parah bila mendengar suara keras terus-menerus," catat British Medical Journal.

Gangguan sendi rahang
Gangguan sendi rahang atau temporomandibular disorder (TMD) merujuk pada rasa sakit atau disfungsi pada sendi rahang dan jaringan di sekitarnya. Gejalanya adalah sulit menggerakan rahang, sulit berbicara, makan, membuat ekspresi wajah, bahkan bernapas. Gangguan ini juga akan membuat penderitanya dua kali lebih beresiko gangguan saraf, termasuk tinitus.

Lyme
Penyakit Lyme disebabkan oleh infeksi gigitan kutu, dan membuat rasa tidak nyaman pada telinga. "Meskipun jarang, penderita penyakit Lyme dapat mengalami tinitus, termasuk kehilangan pendengaran atau masalah pada vestibular," ujar Benjamin Asher, MD, anggota Yayasan Internasional Penyakit Lyme dan Sejenisnya.

Nah, begitu banyak kemungkinan penyakit yang di tandai dengan telinga berdenging. Oleh karena itu, sebaiknya segera periksakan ke dokter jika Anda sering mengalaminya. Antisipasi dini dan tidak menyepelekan akan membuat Anda lebih aman dan nyaman. 


sumber 1

Artikel Media Kita Lainnya :

0 comments:

Post a Comment

Scroll to top