Kisah Dibalik Perayaan Imlek

Di Indonesia, Tahun Baru Cina lebih dikenal dengan sebutan Imlek (Im = Bulan, Lek = penganggalan). Imlek berasal dari dialek Hokkian yang berarti kalender bulan. Imlek dirayakan tanggal 1 pada bulan pertama penanggalan Cina hingga tanggal 15 dengan Cap Go Meh. Tahun baru Imlek ini sendiri merupakan perayaan terpenting bagi orang tionghoa. Seperti kita tahu bahwa penduduk terbesar di dunia adalah orang tionghoa yaitu 1/5 penduduk bumi maka tak heran jika perayaan Tahun Baru Cina hampir dirayakan seluruh pelosok dunia. Banyak bangsa yang bertetangga dengan Cina turut merayakan Tahun Baru Cina seperti Taiwan, Korea, Mongolia, Vietnam, Nepal, Mongolia, Bhutan, dan Jepang. Sedangkan di daratan Cina, Hong Kong, Macau, Taiwan, Singapura, Indonesia, Malaysia, Filipina, Thailand dan negara-negara yang memiliki penduduk beretnis Cina, Tahun Baru Cina dirayakan dan sebagian telah berakultrasi dengan budaya setempat.

Kisah Perayaan Imlek
Berdasarkan cerita rakyat dan legenda kuno, tahun baru Cina dirayakan ketika orang Cina berhasil melawan hewan mitos yang disebut sebagai Nian yang berarti tahun dalam bahasa Cina. Makhluk Nian selalu muncul pada hari pertama Tahun Baru dan kedatangan Nian adalah memangsa hewan ternak, memakan hasil pertanian dan bahkan penduduk, terutama anak-anak.

Untuk selamat dari petaka Nian, masyarakat China akan menaruh sejumlah makanan di depan pintu mereka pada hari pertama tahun baru. Masyarakat percaya bahwa, jika Nian telah mengambil/memakan makanan yang telah disediakan oleh masyrakat, maka Nian tidak akan lagi menyerang orang/warga. Suatu ketika, seorang penduduk menyaksikan sosok Nian ketakutan dan lari menghindar dari seorang anak yang berkostum merah. Dari kejadian itu, maka penduduk desa akhirnya tahu kekurangan Nian yakni takut pada warna merah.

Semenjak itu, setiap menjelang dan selama Tahun Baru, penduduk akan menggantung lentera merah serta memasang tirai/gordin merah pada pintu dan jendela. Selain itu, masyarakat juga menggunakan mercun untuk menakuti Nian.Sejak itulah, Nian tidak pernah lagi muncul di desa mereka.Dan pada akhirnya, Nian berhasil ditangkap oleh Hongjun Lao Tze, seorang pendeta Tao. Nian kemudian menjadi hewan tunggangan Hongjun Lao Tze.

Adat-adat pengurisan Nian ini kemudian berkempang menjadi perayaan Tahun Baru. Guò nián (Hanzi tradisional: 過年; bahasa Tionghoa: 过年), yang berarti “menyambut tahun baru”, secara harafiah berarti “mengusir Nian”. Terlepas apakah mitos itu benar atau tidak, yang pasti perayaan Imlek merupakan perayaan yang dilakukan oleh para petani di Cina setelah melewati musim dingin yang menusuk dan mensyukuri permulaan musim baru penuh harapan yakni musim semi yang terjadi tiap tahunnya.

Perayaan ini dimulai pada tanggal 30 bulan ke-12 dan berakhir pada tanggal 15 bulan pertama (Cap Go Meh). Acaranya meliputi sembahyang Imlek, sembahyang kepada Thian, dan perayaan Cap Go Meh. Tujuan dari persembahyangan ini adalah sebagai wujud syukur dan doa harapan agar di tahun depan mendapat rezeki lebih banyak, untuk menjamu leluhur, dan sebagai sarana silaturahmi dengan kerabat dan tetangga.

Yang pasti, hari raya Imlek merupakan momen pertemuan seluruh anggota keluarga sekali dalam setahun. Anggota keluarga akan bersilahturahmi, saling berbagi dan memberikan pengalaman selama setahun. Perayaan ini menjadi sangat berarti tatkala setiap anggota keluarga dan tetangga saling menjalin kasih, saling mengayomi, dan memulai lembaran baru (dengan pakaian baru).

Di Indonesia, selama tahun 1968-1999, perayaan tahun baru Imlek dilarang dirayakan di depan umum. Dengan Instruksi Presiden Nomor 14 Tahun 1967, rezim Orde Baru di bawah pemerintahan Presiden Soeharto, melarang segala hal yang berbau Tionghoa, di antaranya Imlek. Masyarakat keturunan Tionghoa di Indonesia kembali mendapatkan kebebasan merayakan tahun baru Imlek pada tahun 2000 ketika Presiden Abdurrahman Wahid mencabut Inpres Nomor 14/1967. Kemudian Presiden Abdurrahman Wahid menindaklanjutinya dengan mengeluarkan Keputusan Presiden Nomor 19/2001 tertanggal 9 April 2001 yang meresmikan Imlek sebagai hari libur fakultatif (hanya berlaku bagi mereka yang merayakannya). Baru pada tahun 2002, Imlek resmi dinyatakan sebagai salah satu hari libur nasional oleh Presiden Megawati Soekarnoputri mulai tahun 2003.


Artikel Media Kita Lainnya :

2 comments:

  1. Perayaan imlek sekarang bisa dilakukan, namun pada jaman orde baru tak ada perayaan imlek. Pada jaman SBY, kata 'Cina' disuruh untuk mengganti dengan 'Tionghoa' untuk menyebut orang, dan 'Tiongkok' untuk menyebut negara.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Oh iya-iya betul,,,, Ane lupa penyebutannya sudah diubah..... Makasih gan undah mengingatkan....

      Delete

Scroll to top