Topeng Ireng, Syiar Agama hingga Kesenian Rakyat

Tarian topeng ireng

Kesenian Topeng Ireng adalah salah satu kesenian khas masyarakat lereng gunung merbabu, Jawa Tengah. Pada mulanya kesenian topeng ireng sendiri merupakan bentuk metamorfosa atau kreasi baru dari kesenian Kubro Siswo. Kubro Siswo adalah salah satu kesenian asli dari Sleman, Yogyakarta. Topeng Ireng disebut juga sebagai kesenian Dayakan. Hal ini terlihat jelas pada penampilan penarinya yang menggunakan kostum dan asesoris seperti orang dayak. Hiasan bulu berwarna warni seperti mahkota pada Suku Indian menghiasi kepala para penari. Wajah para penari juga dihias dengan coretan seperti Suku Indian. Kostumnya juga berwarna warni penuh dengan rumbai-rumbai dengan rok berumbai pula seperti Suku Dayak. Pada umumnya penari ini mengenakan sepatu boot atau sepatu gladiator dengan gelang yang jumlahnya ratusan sehingga menimbulkan suara riuh gemerincing dalam setiap gerakan tarinya. 


Kostum topeng ireng
Topeng Ireng berasal dari kata "Toto Lempeng Irama Kenceng". Toto artinya menata, Lempeng artinya lurus, Irama artinya nada, dan Kenceng artinya keras. Sehingga jika dirangkai akan menimbulkan arti Menata Lurus dengan Nada Keras, maksudnya adalah dalam aksinya para penari akan berbaris lurus dengan diiringi musik yang berirama keras dan penuh semangat. Tarian topeng ireng memperlihatkan gerakan yang tegas, ini menggambarkan bahwa kekuatan fisik yang dimiliki oleh masyarakat desa saat bertarung maupun bersahabat dengan alam unutk mempertahankan hidupnya. Selain itu, keistimewaan topeng ireng adalah gerakannya yang tidak monoton dan selalu berinovasi dengan gerakan-gerakan baru sehingga tidak membosankan.


Tarian Topeng Ireng diiringi oleh alunan gamelan dan tembang jawa yang berisi nasihat tentang kebaikan dalam hidup dan penyebaran agama Islam. Dalam sejarahnya kesenian ini berawal dari syiar agama Islam di masyarakat lereng gunung merbabu. Setiap umat Islam membangun masjid atau mushola, maka akan ada kirab atau berkeliling desa dengan membawa kubah (mustaka) masjid sebelum dipasang. Kirab tersebut diikuti oleh seluruh masyarakat di sekitar masjid sambil menari dengan diiringi rebana dan syair puji-pujian. Pertunjukan Topeng Ireng sendiri terbagi menjadi dua jenis tarian. Yang pertama adalah Rodat yang berarti dua kalimat syahadat. Jenis tarian lainnya adalah Monolan yang melibatkan penari dengan kostum hewan.Seiring dengan perkembangannya, tarian diiringi lantunan musik tersebut diadopsi dengan penyesuaian pada tarian dan syairnya. Hingga saat ini akhirnya pertunjukan tersebut menjadi sebuah kesenian turun temurun. 

Pada jaman penjajahan belanda, masyarakat dilarang untuk berlatih beladiri atau silat. Sehingga dalam prakteknya gerakan-gerakan silat tersebut dilebur kedalam tarian topeng ireng sehingga dapat diajarkan secara turun temurun. Hingga saat ini seni pertunjukan topeng ireng masih sering digelar dalam acara-acara tertentu seperti upacara bersih desa, kirab budaya, festival rakyat, sunatan, pernikahan maupun acara-acara seni tradisi dan budaya lainnya. Bahkan penyelenggaraannya kini tidak hanya dilakukan oleh masyarakat lereng merbabu namun terus meluas hingga daerah Jawa Tengah. 


sumber gambar by google.com

Artikel Media Kita Lainnya :

1 comments:

Scroll to top