Bedhaya Ketawang, Tarian Sakral Pantai Selatan


Ada beberapa pendapat berbeda berkaitan dengan arti kata Bedhaya Ketawang. Salah satunya yaitu Bedhaya berasal dari bahasa sansekerta "budh" yang berarti pikiran atau budi. Proses fikir dan olah rasa tersebut melahirkan bedhaya atau budaya. Sedangkan Ketawang berarti langit atau angkasa. Sehingga dapat diartikan sebagai Budaya Langit. Pendapat lain mengatakan bahwa Bedhaya memiliki arti penari keraton. Sedangkan Ketawang berarti langit atau bintang. Bedhaya Ketawang memiliki makna yaitu tarian langit yang menggambarkan gerak bintang. 


Tarian Bedhaya Ketawang hanya digelar setahun sekali untuk memperingati hari penobatan para raja. Konon kabarnya, tarian bedhaya ketawang juga merupakan ritual pemujaan untuk Ratu Pantai Selatan. Beberapa sumber menyatakan bahwa tarian bedhaya ketawang merupakan tarian yang diciptakan oleh Raja Mataram dan Ratu Pantai Selatan. Sehingga setiap tarian bedhaya ketawang ini dilakukan maka dipercaya akan kehadiran Ratu Pantai Selatan. Beberapa mengatakan bahwa Ratu Pantai Selatan hadir sebagai penari kesepuluh dalam tarian ini, sebagian mengatakan bahwa Ratu Pantai Selatan hadir untuk membantu menyempurnakan setiap gerakan penarinya. Satu yang pasti adalah tak semua orang dapat melihat sosok Ratu Pantai Selatan. Namun, memang setiap tarian ini dilakukan, aura mistis dan sakral sangat kental terasa.


Tarian Bedhaya Ketawang dilakukan oleh 9 penari yang memiliki posisi dengan simbol tertentu, yaitu :
  1. Penari pertama disebut Batak yang disimbolkan sebagai pikiran dan jiwa
  2. Penari kedua disebut Endhel Ajeg yang disimbolkan sebagai keinginan hati atau nafsu
  3. Penari ketiga disebut Endhel Weton yang disimbolkan sebagai tungkai kanan
  4. Penari keempat disebut Apit Ngarep yang disimbolkan sebagai lengan kanan
  5. Penari kelima disebut Apit Mburi yang disimbolkan sebagai lengan kiri
  6. Penari keenam disebut Apit Meneg yang disimbolkan sebagai tungkai kiri
  7. Penari ketujuh disebut Gulu yang disimbolkan sebagai badan
  8. Penari kedelapan disebut Dhada yang disimbolkan sebagai badan
  9. Penari kesembilan disebut Dan Boncit yang disimbolkan sebagai organ seksual. Penari kesembilan ini  direpresentasikan sebagai konstelasi bintang-bintang dari arti Ketawang.
Selain menggambarkan simbol seperti dijelaskan diatas, 9 penari tersebut juga merupakan angka sakral bagi masyarakat Jawa klasik. 9 penari menggambarkan 9 arah mata angin yang dikuasai oleh 9 dewa yang disebut dengan Nawasanga. Sebagai tarian sakral, ada beberapa syarat yang harus dimiliki oleh penarinya. Paling utama adalah penarinya haruslah seorang gadis suci dan tidak sedang haid. Jika sedang haid maka ia tetap diperbolehkan dengan meminta ijin kepada Ratu Pantai Selatan dengan dilakukan caos dhahar di Panggung Sanggabuwana. Syarat selanjutnya yaitu suci secara batiniah. Hal ini dilakukan dengan melakukan puasa selama beberapa hari menjelang pagelaran. Penari harus membawakan tarian Bedhaya Ketawang denga sebaik mungkin. Ada kepercayaan bahwa jika penari kurang baik dalam membawakan tarian tersebut maka akan dibawa oleh Ratu Pantai Selatan ke Laut Selatan. 

Tarian Bedhaya Ketawang adalah salah satu kekayaan seni tari yang ada di Indonesia. Nilai sakral, seni dan budaya melekat erat di dalamnya. Namun, dibalik itu semua ada hal yang patut lebih kita jaga. Jangan sampai nilai mistis dalam budaya menghilangkan nilai religius kita dan penghambaan kita pada Tuhan. Nilai budaya Tarian Bedhaya Ketawang patut kita jaga secara proporsional. 




Referensi :
http://id.wikipedia.org/wiki/Bedaya_ketawang
http://spectradancestudio.wordpress.com/2013/02/18/tari-bedhaya-ketawang-jawa-tengah/
http://www.anneahira.com/ratu-pantai-selatan.htm
Sumber gambar by google.com

Artikel Media Kita Lainnya :

2 comments:

  1. Saya sangat suka dengan hal-hal yang klasik. Termasuk untuk tari tari dan musik. Tarian Jawa klasik dan musik tradisional klasik Jawa dengan gamelan saya sangat suka. Bagi saya ini sangat menarik dan membuat saya lebih memaknai budaya leluhur bangsa ini.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Budaya leluhur penuh dengan filosofi, simbol dan makna yang mendalam. Segala jenis musik dan tarian tidak hanya disajikan sebagai hiburan namun juga makna mendalam lainnya. Terimakasih atas kunjungannya.

      Delete

Scroll to top